Aplikasi MailApp dan EIMS Multipolar Technology Bantu Percepat Proses Bisnis Perusahaan

Warta Ekonomi, Jakarta – Dalam kegiatan operasional sehari-hari, pernahkah Anda harus menunggu dua atau tiga hari, bahkan seminggu, untuk mendapatkan tanda tangan sang bos hanya karena ia sedang ke luar kota?

Atau, mungkin gaji karyawan perusahaan sempat tertunda disebabkan direktur keuangan yang belum kembali dari luar negeri?

Kasus semacam itu tetap saja ada yang mengalaminya, meski kita berada di era hiperkompetitif yang menuntut proses bisnis harus cepat, cepat, dan cepat. Sudah menjadi hukum alam bahwa “siapa cepat dia dapat”. Artinya, perusahaan yang lambat tidak akan selamat dan tersingkir dari kancah persaingan yang luar biasa ketat.

Oleh sebab itu, transformasi bisnis ke sistem digital sangatlah penting. Seperti kita ketahui, untuk mengakomodasi persetujuan dari pengambil keputusan, misalnya, saat ini sudah banyak layanan tanda tangan elektronik (e-sign); untuk mempermudah penagihan sudah ada meterai elektronik (e-meterai); dan lainnya yang dapat digunakan perusahaan agar semakin gesit.

Agar tidak terjadi penundaan pembubuhan tanda tangan dari sang bos seperti kasus tadi, PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), anak usaha PT Multipolar Tbk (IDX: MLPL) yang fokus membantu automasi proses bisnis berbagai perusahaan, bahkan mempunyai solusi yang lebih canggih dari sekadar memenuhi kebutuhan tersebut, yaitu solusi MailApp.

Jip Ivan, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, mengatakan, MailApp merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh perusahaannya untuk membantu pengelolaan dan pengadministrasian dokumen seperti surat, formulir, kontrak, dan sejenisnya secara elektronik, terpadu, dan otomatis.

“Jadi, kalau ada surat-menyurat, pengisian formulir, atau persetujuan kontrak kerja sama, pembubuhan paraf dan tanda tangannya dapat dilakukan dari mana saja sehingga tidak mengganggu proses bisnis,” katanya. Lebih dari itu, aplikasi MailApp yang user friendly juga membantu mempermudah pemantauan proses pembuatan dan persetujuan, serta pencarian dokumen yang tersimpan secara cepat dan tepat.

MailApp pun mampu mengingatkan jadwal perpanjangan (renewal) sebuah kontrak melalui notifikasi. “Aplikasi ini cocok digunakan oleh perusahaan-perusahaan finansial, manufaktur, ritel, konsultasi hukum, pemerintahan, healthcare, pariwisata, dan lainnya yang melibatkan ribuan dokumen dalam bisnisnya,” ungkap Jip Ivan.

Serba-otomatis

Jika surat-menyurat dan pengadministrasian dokumen perlu dikelola menggunakan aplikasi MailApp, Multipolar Technology juga mengembangkan solusi yang berfungsi untuk mengelola pemeliharaan banyak aset perusahaan seperti anjungan tunai mandiri atau menara base transceiver station yang tersebar di ratusan hingga ribuan site secara otomatis.

Karena asetnya amat banyak, dibutuhkan pendataan lokasi, penjadwalan dan dokumentasi kegiatan pemeliharaan, pencatatan perizinan, pengingat jadwal perpanjangan perizinan, bahkan pencarian dan pengkajian lokasi instalasi baru, dan semacamnya dengan baik. Selama ini, proses pencatatan dan pengawasannya dilakukan secara manual sehingga cukup merepotkan dengan hasil yang cenderung lama dan tidak akurat.

Dengan Equipment Information Management System (EIMS), aplikasi yang dikembangkan oleh Multipolar Technology itu, pengelolaan pemeliharaan aset perusahaan yang tersebar di mana-mana dapat dilakukan dari mana saja dan kapan saja. Aplikasi yang end-to-end tersebut memungkinkan perusahaan mengelola aset secara mudah, terintegrasi, otomatis, efisien, dan real-time.

Erlina, Process Automation Solution Services Head Multipolar Technology, menjelaskan, data pemantauan tersaji dalam single database sehingga bermanfaat untuk bahan pertimbangan saat melakukan pengambilan keputusan bisnis perusahaan.

“Sebab, data yang tersaji termasuk realisasi budget, produktivitas dan profitabilitas aset, dan lain sebagainya,” katanya.

Tambahnya lagi, pengembangan EIMS telah mengikuti tren teknologi dengan mengadopsi Artificial Intelligent (AI), Internet of Thing (IoT), dan Radio Frequency Identification (RFID). Misalnya saat ini EIMS sudah mengadopsi machine learning dalam menganalisa image yang diperoleh dari kegiatan pemeliharaan, mengaplikasikan IoT untuk automasi perekaman data yang sifatnya berulang dalam interval waktu yang singkat, dan menggunakan RFID untuk pelacakan perpindahan lokasi perangkat atau aset.

Jadi, jika aplikasi MailApp berfungsi untuk mengelola serta mengadministrasikan surat-menyurat dan dokumen, EIMS berperan penting untuk memantau status, produktivitas, hingga hasil aset-aset atau perangkat-perangkat perusahaan.

Keduanya menjadi penyokong proses bisnis menjadi serba-cepat dan pada akhirnya menguntungkan.

Pelanggaran data meningkat, ini solusi dari Multipolar Technology

JAKARTA (IndoTelko) – Proses bisnis dan layanan perusahaan-perusahaan dewasa ini semakin canggih, namun jumlah kasus pelanggaran data (data breach) dengan beragam modus, mulai dari malware, phishing, ransomware, social engineering, business e-mail compromise, hingga lainnya juga terus meningkat.

Berdasarkan data Statista, selama kuartal 4/2023 saja, jumlah pelanggaran data di seluruh dunia mencapai lebih dari 8 juta kasus. Dampak yang paling umum dari pelanggaran data adalah kerugian finansial atau gangguan bisnis. Sepanjang 2023, kerugian akibat pelanggaran data bisnis global tercatat mencapai sekitar US$4,45 juta.

Meski insiden pelanggaran data paling banyak dialami oleh organisasi administrasi publik dan lembaga keuangan, bukan berarti sektor-sektor lain terbebas dari ancaman. Perusahaan-perusahaan di negara berkembang seperti Indonesia bahkan menjadi sasaran empuk para penjahat siber untuk melakukan aksi pelanggaran data.

Director Enterprise Application Services Business PT Multipolar Technology, Jip Ivan Sutanto, mengingatkan akan kasus pelanggaran data yang menimpa sebuah bank syariah terbesar di Indonesia hampir setahun lalu. “Itu menggambarkan bahwa bank besar pun tak bisa lepas dari ancaman pelanggaran data,” katanya.

Perusahaan-perusahaan di sektor telekomunikasi, transportasi, pariwisata, pendidikan, pertambangan, ritel, dan lainnya bisa saja menjadi korban pelanggaran data berikutnya. Oleh sebab itu, sebagai perusahaan yang fokus membantu automasi bisnis berbagai sektor, Multipolar Technology menawarkan beberapa solusi penangkalnya.

IBM QRadar Suite dan IBM QRadar EDR, misalnya, merupakan dua solusi yang ditawarkan oleh Multipolar Technology karena kemampuannya menghalau serangan keamanan siber sejak dini. QRadar Suite termasuk solusi keamanan siber modern yang bersifat extended detection response (XDR).

Solusi itu dapat digabungkan dengan solusi endpoint detection and response (EDR), security information and event management (SIEM), dan security orchestration and automation response (SOAR) menjadi satu alur kerja komprehensif. Dengan rangkaian solusi itu, ancaman pelanggaran data bisa dicegah karena gerak-geriknya terpantau melalui dashboard.

Sementara IBM QRadar EDR, menurut SIEM Product Manager Multipolar Technology Oky Yoewono, berperan melengkapi solusi IBM QRadar Suite. Teknologi AI dan NanoOS yang dimilikinya mampu mendeteksi dan meremediasi ancaman yang dikenal maupun tidak pada endpoint secara mudah, otomatis, real-time, dan tanpa diketahui oleh penyerang.

Sekarang ini pola kerja berubah. Karyawan acap kali bekerja dari mana saja (work from anywhere) alih-alih harus masuk ke kantor setiap hari. Cara baru itu menyenangkan, tetapi tanpa disadari juga berbuah ancaman. Sebab, tidak semua koneksi internet di luar kantor terproteksi dengan baik sehingga bisa jadi celah masuknya tindak pelanggaran data perusahaan.

Untuk menangkal adanya tindak kejahatan siber dari pola kerja baru itu, Multipolar Technology pun mengusung dua solusi lain, yakni Cisco Umbrella dan Cisco Secure Email Threat Defense. Umbrella penting digunakan oleh perusahaan di era digital karena mampu merekam siapa mengakses apa dan menghentikan sesegera mungkin jika terjadi serangan.

Umbrella bekerja dengan mengontrol trafik domain name server sehingga memudahkan tim teknologi informasi dalam mengatur akses internet dari setiap karyawan secara terpusat. Gary Adrian, Head Presales Network, Multipolar Technology mengatakan solusi itu secara komprehensif mengidentifikasi aktivitas mencurigakan dan berbahaya seperti Newly Seen Domain, Cryptomining Domain, dan DNS Tunneling.

Proses surat-menyurat melalui e-mail dalam praktik bekerja dari mana saja juga bisa menjadi ancaman. Itu menjadi tugas dari Cisco Secure Email Threat Defense. Solusi tersebut memberikan perlindungan dari pelanggaran data yang masuk melalui e-mail dengan cara mendeteksi, mencegah, memblokir, dan memulihkan secara end-to-end.

Sama seperti QRadar Suite dan QRadar EDR, solusi Umbrella dan Secure Email Threat Defense dapat memberikan peringatan (alerts) dan mereduksinya sedini mungkin jika terjadi ancaman. Yang menrik, solusi-solusi itu dapat berjalan di atas infrastruktur on-premise, on-cloud, atau kolaborasi keduanya alias hybrid cloud.

Untuk membantu perusahaan dalam mengantisipasi adanya fraud, solusi VisionAnalytics Modul Fraud Detection System mampu memberikan perlindungan keamanan transaksi bukan hanya dari sisi core business dan layanan channel, melainkan juga dari sisi user. Caranya antara lain dengan menganalisis kebiasaan, perangkat yang digunakan, dan jenis transaksi yang dilakukan. Solusi ini akan berperan membantu mengantisipasi kejahatan finansial yang semakin masif dengan memprediksi kemungkinan terjadinya penipuan secara real-time, melakukan pengawasan secara aktif terhadap setiap aktivitas transaksi yang dilakukan user, mengidentifikasi nasabah itu riil atau fiktif.

Itu hanya sedikit contoh solusi yang ditawarkan oleh Multipolar Technology untuk mendukung perusahaan-perusahaan di Indonesia terhindar dari kasus pelanggaran data. “Masih banyak solusi keamanan siber lain yang mungkin bisa dicoba. Kami siap membantu perusahaan-perusahaan jika ingin mengimplementasikannya,” ujar Jip Ivan.

Kecanggihan Pengelolaan Big Data Jadi Kunci Kemenangan Perbankan di Era Digital

JIKA satu dekade lalu nasabah perbankan umumnya hanya melakukan transaksi 2-3 kali dalam sebulan, kini bisa jadi lebih dari 10 kali dalam sehari. Bagaimana tidak, saat ini semua proses pembayaran dan pemindahbukuan dapat dilakukan dengan mudah melalui satu tangan (via mobile banking dan online banking) tanpa harus pergi ke anjungan tunai mandiri (ATM) atau kantor kas.

Contoh yang paling gampang, saat memesan ojek online untuk menuju ke stasiun, kita membayar menggunakan e-wallet; untuk naik kereta kita membayarnya dengan kartu e-money; begitu makan siang kita memanfaatkan QRIS; untuk memesan barang dan membeli pulsa kita memakai mobile banking; dan seterusnya. Jadi, satu orang bisa bertransaksi perbankan berkali-kalii dalam sehari.

Itulah bukti bahwa digitalisasi telah mengubah perilaku konsumen (consumer behaviour) atau nasabah dalam industri perbankan secara total. Berkat digitalisasi, nilai transaksi digital banking di Tanah Air pun lantas melonjak drastis. Jika tahun ini diproyeksikan bakal mencapai Rp58.478 triliun, merujuk pada data Bank Indonesia, tahun depan diyakini naik menjadi Rp63.803 triliun.

Seiring dengan itu, jumlah data yang mesti diolah oleh perusahaan perbankan juga kian berlipat. Masalahnya, menurut Direktur Penelitian Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Mohamad Miftah, masih banyak tantangan yang harus dihadapi perusahaan perbankan terkait hal itu. Misalnya, kemampuan mengelola data dan risiko ancaman kebocoran data nasabah.

“Belum lagi soal ketidaksesuaian investasi teknologi informasi dengan strategi bisnis perusahaan, risiko outsourcing dengan pihak ketiga, dan lain sebagainya,” ungkapnya dalam acara BPD Forum 2024 bertema “Becoming Data-Driven Organization: Analytics Strategy and Digital Landscape Acceleration” yang digelar Asbanda dan PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Bali belum lama ini.

Platform Big Data
Mengingat begitu kompleksnya masalah data yang harus dikelola, sebagai perusahaan yang fokus membantu automasi beragam sektor bisnis, Multipolar Technology menyarankan kepada perusahaan-perusahaan perbankan, baik bank nasional maupun bank pembangunan daerah, agar memanfaatkan platform big data yang canggih berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti VisionAnalytics.

Platform big data VisionAnalytics merupakan solusi end-to-end big data keluaran Multipolar Technology yang mampu berperan sebagai tempat untuk menyimpan data (data lake), memproses transformasi data (data engineering), menyajikan hasil analitik data (data analytic), operational database untuk mendukung real-time processing, dan alat untuk memprediksi data.

Achmad Fakhrudin, Senior Vice President Multipolar Technology, menjelaskan mengapa perusahaan perbankan harus menggunakan platform VisionAnalytics. Menurutnya, platform basis data akan memengaruhi cara bagaimana perusahaan perbankan mengambil keputusan. Perbankan yang sudah memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 6 kali lebih besar untuk mempertahankan nasabahnya.

“Perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 23 kali lebih besar untuk mendapatkan nasabah baru dibanding yang tidak memilikinya. Lalu, perusahaan perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 19 kali lipat lebih besar untuk memperoleh keuntungan. Semua itu bisa dilakukan karena basisnya data, analisis data,” katanya.

Fitur Customer 360 yang disediakan oleh platform VisionAnalytics mampu menyuguhkan profil nasabah secara detail, bukan hanya berdasarkan demografi, melainkan juga customer segmentation, customer lifestyle profile, customer purchase behaviour, customer profitability ratio, dan lain sebagainya. Data profil nasabah itu bisa dilihat dengan mudah melalui dashboard secara real-time.

Kemudian data profil nasabah yang detail itu bisa dimanfaatkan untuk melakukan targeted marketing campaign, meningkatkan customer relationship, serta memonitor dan mengevaluasi sebuah aktivitas pemasaran. Dengan begitu, database berbasis AI tersebut dapat digunakan untuk melakukan pre-selling, up-selling, customer lifetime value, dan lain sebagainya. “Ibarat pistol, enam pelurunya kita tembakkan kena semua karena sasaran target profilnya detail,” terang Achmad.

Namun demikian, di balik kecanggihan dan besarnya manfaat pengelolaan database, ada penjahat siber yang selalu menghantui. Derasnya transkasi secara online dan real time bisa menjadi sasaran kejahatan siber tersebut. Untuk itu, Multipolar Technology melengkapi platform big data VisionAnalytics-nya dengan modul penangkal fraud yang dinamakan Fraud Detection System.

Modul Fraud Detection System pada platform tersebut mampu memberikan perlindungan keamanan layanan perbankan secara real-time. Fraud Detection System bekerja dengan memantau aktivitas transaksi nasabah secara terus-menerus, mendeteksi nasabah itu riil atau fiktif, dan lain sebagainya sehingga upaya tindak kejahatan siber yang kian masif dapat dicegah sejak dini.

Achmad pun menyarankan perusahaan-perusahaan perbankan agar sesegera mungkin memanfaatkan platform big data analytics berbasis AI semacam VisionAnalytics yang dilengkapi modul Fraud Detection System mengingat dapat mendongkrak kinerja bisnis perbankan sekaligus menghalau bahaya keamanan siber yang terus mengancam.

Billie Setiawan, SVP Data Management Division PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI), mengakui bahwa manajemen data merupakan journey bagi semua perusahaan perbankan. Dengan platform big data analytics, perusahaan perbankan bisa mengubah cara pengelolaan data dari manual menjadi otomatis, terstruktur, cepat, bersih, dan valuable insights.

“Dengan data analytics berbasis AI, perusahaan dapat mempercepat pekerjaan pengolahan data dari semula 2-3 hari menjadi bersifat real-time, prediktif, dan aman. Ini menjadi data intelligence yang memungkinkan perbankan bisa mengetahui profil nasabah melalui dashboard sehingga mendatangkan peluang untuk menggarap nasabah tersebut,” katanya.

Kecanggihan Big Data Mendorong Transformasi Perbankan

Kemajuan teknologi informasi telah membawa perubahan besar dalam industri perbankan, terutama dalam hal pengelolaan data besar atau yang dikenal sebagai big data. Transformasi digital yang terjadi tidak hanya memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi, tetapi juga mengubah cara perusahaan perbankan beroperasi dan mengambil keputusan.

Saat ini, nasabah perbankan dapat dengan mudah melakukan transaksi lebih dari 10 kali dalam sehari, dibandingkan dengan satu dekade lalu yang rata-rata hanya 2-3 kali dalam sebulan. Hal ini terjadi karena adanya kemudahan akses melalui berbagai platform seperti mobile bankingonline banking, e-wallet, kartu e-money, QRIS, dan lain sebagainya. Semua ini merupakan bukti nyata bagaimana digitalisasi telah mengubah perilaku konsumen atau nasabah dalam industri perbankan secara signifikan.

Digitalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam perilaku konsumen atau nasabah dalam industri perbankan. Hal ini terbukti dari lonjakan drastis nilai transaksi digital banking di Tanah Air. Menurut data Bank Indonesia, nilai transaksi ini diproyeksikan mencapai Rp58.478 triliun tahun ini, yang diprediksi akan naik menjadi Rp63.803 triliun tahun depan. Hal ini menjadi bukti konkret bagaimana digitalisasi telah mengubah cara orang berinteraksi dengan layanan perbankan secara menyeluruh.

Menurut Direktur Penelitian Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan, Mohamad Miftah, perusahaan perbankan dihadapkan pada berbagai tantangan terkait pengelolaan data yang semakin kompleks. Salah satunya adalah kemampuan mengelola data dan menghadapi risiko kebocoran data nasabah.

“Belum lagi soal ketidaksesuaian investasi teknologi informasi dengan strategi bisnis perusahaan, risiko outsourcing dengan pihak ketiga, dan lain sebagainya,” ungkapnya dalam acara BPD Forum 2024 bertema “Becoming Data-Driven Organization: Analytics Strategy and Digital Landscape Acceleration” yang digelar Asbanda dan PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Bali.  Namun demikian, dengan kemajuan teknologi, terdapat solusi yang ditawarkan untuk mengatasi tantangan tersebut.

Multipolar Technology, perusahaan yang fokus pada automasi berbagai sektor bisnis, menawarkan solusi platform big data bernama VisionAnalytics. Platform ini didukung oleh kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan mampu menyediakan berbagai fitur penting bagi perusahaan perbankan dalam mengelola data secara efisien dan mengambil keputusan yang tepat.

Platform big data VisionAnalytics dari Multipolar Technology merupakan solusi end-to-end yang sangat komprehensif dalam mengelola big data. Platform ini tidak hanya berperan sebagai tempat untuk menyimpan data (data lake), tetapi juga mampu melakukan proses transformasi data (data engineering), menyajikan hasil analitik data (data analytic), menyediakan operational database untuk mendukung real-time processing, dan bahkan menjadi alat untuk memprediksi data.

Achmad Fakhrudin, Senior Vice President Multipolar Technology, menjelaskan pentingnya perusahaan perbankan menggunakan platform VisionAnalytics. Menurutnya, penggunaan platform basis data ini akan memberikan dampak besar dalam cara perusahaan perbankan mengambil keputusan. Perusahaan yang telah mengadopsi big data analytics akan memiliki semangat yang 6 kali lebih besar untuk mempertahankan nasabahnya, menunjukkan betapa pentingnya penggunaan teknologi ini dalam mendukung strategi bisnis dan pertumbuhan perbankan di era digital.

“Perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 23 kali lebih besar untuk mendapatkan nasabah baru dibanding yang tidak memilikinya. Lalu, perusahaan perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 19 kali lipat lebih besar untuk memperoleh keuntungan. Semua itu bisa dilakukan karena basisnya data, analisis data,” kata Achmad.

Salah satu fitur unggulan dari VisionAnalytics adalah Customer 360, yang mampu menyajikan profil nasabah secara detail, termasuk customer segmentation, customer lifestyle profilecustomer purchase behaviour, dan customer profitability ratio. Data profil nasabah tersebut dapat diakses secara real-time melalui dashboard, memudahkan perusahaan perbankan dalam melakukan targeted marketing campaign, meningkatkan customer relationship, serta memonitor dan mengevaluasi aktivitas pemasaran.

Data profil nasabah yang detail dapat dimanfaatkan secara efektif untuk strategi pemasaran yang lebih terarah, meningkatkan hubungan dengan pelanggan, serta memonitor dan mengevaluasi aktivitas pemasaran. Dengan adanya data yang disajikan oleh database berbasis AI, perusahaan dapat melakukan strategi seperti pre-selling, up-selling, dan mengukur customer lifetime value dengan lebih akurat. Achmad menjelaskan “Ibarat pistol, enam pelurunya kita tembakkan kena semua karena sasaran target profilnya detail.”

Namun, di tengah manfaat besar yang ditawarkan oleh pengelolaan big data, perlu diwaspadai juga ancaman kejahatan siber yang terus mengintai. Dalam konteks ini, Multipolar Technology telah menyediakan modul penangkal fraud yang disebut Fraud Detection System dalam platform VisionAnalytics. Hal ini bertujuan untuk melindungi perusahaan perbankan dari ancaman keamanan siber yang dapat merugikan bisnis dan nasabahnya.

Dengan demikian, bahwa kecanggihan dalam mengelola big data, seperti yang ditawarkan oleh platform VisionAnalytics, tidak hanya memberikan kemudahan dan efisiensi bagi perusahaan perbankan dalam beroperasi, tetapi juga menjadi kunci sukses dalam menghadapi tantangan dan mengambil peluang di era digital yang terus berkembang. Peran big data analytics dalam mendukung transformasi perbankan ke arah yang lebih baik tidak bisa diabaikan, terutama dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan perubahan konsumen yang dinamis.

Kecanggihan Pengelolaan Big Data Jadi Kunci Kemenangan Perbankan di Era Digital

MAJALAH ICT – Jakarta. Jika satu dekade lalu nasabah perbankan umumnya hanya melakukan transaksi 2-3 kali dalam sebulan, kini bisa jadi lebih dari 10 kali dalam sehari. Bagaimana tidak, saat ini semua proses pembayaran dan pemindahbukuan dapat dilakukan dengan mudah melalui satu tangan (via mobile banking dan online banking) tanpa harus pergi ke anjungan tunai mandiri (ATM) atau kantor kas.

Contoh yang paling gampang, saat memesan ojek online untuk menuju ke stasiun, kita membayarnya menggunakan e-wallet; untuk naik kereta kita membayarnya dengan kartu e-money; begitu makan siang kita memanfaatkan QRIS; untuk memesan barang dan membeli pulsa kita memakai mobile banking; dan seterusnya. Jadi, satu orang bisa bertransaksi perbankan berkali-kalii dalam sehari.

Itulah bukti bahwa digitalisasi telah mengubah perilaku konsumen (consumer behaviour) atau nasabah dalam industri perbankan secara total. Berkat digitalisasi, nilai transaksi digital banking di Tanah Air pun lantas melonjak drastis. Jika tahun ini diproyeksikan bakal mencapai Rp58.478 triliun, merujuk pada data Bank Indonesia, tahun depan diyakini naik menjadi Rp63.803 triliun.

Seiring dengan itu, jumlah data yang mesti diolah oleh perusahaan perbankan juga kian berlipat. Masalahnya, menurut Direktur Penelitian Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Mohamad Miftah, masih banyak tantangan yang harus dihadapi perusahaan perbankan terkait hal itu. Misalnya, kemampuan mengelola data dan risiko ancaman kebocoran data nasabah.

“Belum lagi soal ketidaksesuaian investasi teknologi informasi dengan strategi bisnis perusahaan, risiko outsourcing dengan pihak ketiga, dan lain sebagainya,” ungkapnya dalam acara BPD Forum 2024 bertema “Becoming Data-Driven Organization: Analytics Strategy and Digital Landscape Acceleration” yang digelar Asbanda dan PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Bali belum lama ini.

Platform Big Data
Mengingat begitu kompleksnya masalah data yang harus dikelola, sebagai perusahaan yang fokus membantu automasi beragam sektor bisnis, Multipolar Technology menyarankan kepada perusahaan-perusahaan perbankan, baik bank nasional maupun bank pembangunan daerah, agar memanfaatkan platform big data yang canggih berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti VisionAnalytics.

Platform big data VisionAnalytics merupakan solusi end-to-end big data keluaran Multipolar Technology yang mampu berperan sebagai tempat untuk menyimpan data (data lake), memproses transformasi data (data engineering), menyajikan hasil analitik data (data analytic), operational database untuk mendukung real-time processing, dan alat untuk memprediksi data.

Achmad Fakhrudin, Senior Vice President Multipolar Technology, menjelaskan mengapa perusahaan perbankan harus menggunakan platform VisionAnalytics. Menurutnya, platform basis data akan memengaruhi cara bagaimana perusahaan perbankan mengambil keputusan. Perbankan yang sudah memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 6 kali lebih besar untuk mempertahankan nasabahnya.

“Perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 23 kali lebih besar untuk mendapatkan nasabah baru dibanding yang tidak memilikinya. Lalu, perusahaan perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 19 kali lipat lebih besar untuk memperoleh keuntungan. Semua itu bisa dilakukan karena basisnya data, analisis data,” katanya.

Fitur Customer 360 yang disediakan oleh platform VisionAnalytics mampu menyuguhkan profil nasabah secara detail, bukan hanya berdasarkan demografi, melainkan juga customer segmentation, customer lifestyle profile, customer purchase behaviour, customer profitability ratio, dan lain sebagainya. Data profil nasabah itu bisa dilihat dengan mudah melalui dashboard secara real-time.

Kemudian data profil nasabah yang detail itu bisa dimanfaatkan untuk melakukan targeted marketing campaign, meningkatkan customer relationship, serta memonitor dan mengevaluasi sebuah aktivitas pemasaran. Dengan begitu, database berbasis AI tersebut dapat digunakan untuk melakukan pre-selling, up-selling, customer lifetime value, dan lain sebagainya. “Ibarat pistol, enam pelurunya kita tembakkan kena semua karena sasaran target profilnya detail,” terang Achmad.

Namun demikian, di balik kecanggihan dan besarnya manfaat pengelolaan database, ada penjahat siber yang selalu menghantui. Derasnya transkasi secara online dan real time bisa menjadi sasaran kejahatan siber tersebut. Untuk itu, Multipolar Technology melengkapi platform big data VisionAnalytics-nya dengan modul penangkal fraud yang dinamakan Fraud Detection System.

Modul Fraud Detection System pada platform tersebut mampu memberikan perlindungan keamanan layanan perbankan secara real-time. Fraud Detection System bekerja dengan memantau aktivitas transaksi nasabah secara terus-menerus, mendeteksi nasabah itu riil atau fiktif, dan lain sebagainya sehingga upaya tindak kejahatan siber yang kian masif dapat dicegah sejak dini.

Achmad pun menyarankan perusahaan-perusahaan perbankan agar sesegera mungkin memanfaatkan platform big data analytics berbasis AI semacam VisionAnalytics yang dilengkapi modul Fraud Detection System mengingat dapat mendongkrak kinerja bisnis perbankan sekaligus menghalau bahaya keamanan siber yang terus mengancam.

Billie Setiawan, SVP Data Management Division PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI), mengakui bahwa manajemen data merupakan journey bagi semua perusahaan perbankan. Dengan platform big data analytics, perusahaan perbankan bisa mengubah cara pengelolaan data dari manual menjadi otomatis, terstruktur, cepat, bersih, dan valuable insights.

“Dengan data analytics berbasis AI, perusahaan dapat mempercepat pekerjaan pengolahan data dari semula 2-3 hari menjadi bersifat real-time, prediktif, dan aman. Ini menjadi data intelligence yang memungkinkan perbankan bisa mengetahui profil nasabah melalui dashboard sehingga mendatangkan peluang untuk menggarap nasabah tersebut,” katanya.

Kunci kemenangan perbankan di era digital, ada di canggihnya pengelolaan big data

JAKARTA (IndoTelko) – Jika satu dekade lalu nasabah perbankan umumnya hanya melakukan transaksi 2-3 kali dalam sebulan, kini bisa jadi lebih dari 10 kali dalam sehari. Bagaimana tidak, saat ini semua proses pembayaran dan pemindahbukuan dapat dilakukan dengan mudah melalui satu tangan (via mobile banking dan online banking) tanpa harus pergi ke anjungan tunai mandiri (ATM) atau kantor kas.

Contoh yang paling gampang, saat memesan ojek online untuk menuju ke stasiun, kita membayarnya menggunakan e-wallet; untuk naik kereta kita membayarnya dengan kartu e-money; begitu makan siang kita memanfaatkan QRIS; untuk memesan barang dan membeli pulsa kita memakai mobile banking; dan seterusnya. Jadi, satu orang bisa bertransaksi perbankan berkali-kalii dalam sehari.

Aktifitas tersebut menjadi bukti bahwa digitalisasi telah mengubah perilaku konsumen (consumer behaviour) atau nasabah dalam industri perbankan secara total. Berkat digitalisasi, nilai transaksi digital banking di Tanah Air pun lantas melonjak drastis. Jika tahun ini diproyeksikan bakal mencapai Rp58.478 triliun, merujuk pada data Bank Indonesia, tahun depan diyakini naik menjadi Rp63.803 triliun.

Seiring dengan itu, jumlah data yang mesti diolah oleh perusahaan perbankan juga kian berlipat. Masalahnya, menurut Direktur Penelitian Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Mohamad Miftah, masih banyak tantangan yang harus dihadapi perusahaan perbankan terkait hal itu. Misalnya, kemampuan mengelola data dan risiko ancaman kebocoran data nasabah.

“Belum lagi soal ketidaksesuaian investasi teknologi informasi dengan strategi bisnis perusahaan, risiko outsourcing dengan pihak ketiga, dan lain sebagainya,” kata Miftah dalam acara BPD Forum 2024 bertema “Becoming Data-Driven Organization: Analytics Strategy and Digital Landscape Acceleration” yang digelar Asbanda dan PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Bali belum lama ini.

Mengingat begitu kompleksnya masalah data yang harus dikelola, sebagai perusahaan yang fokus membantu automasi beragam sektor bisnis, Multipolar Technology menyarankan kepada perusahaan-perusahaan perbankan, baik bank nasional maupun bank pembangunan daerah, agar memanfaatkan platform big data yang canggih berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti VisionAnalytics.

Platform big data VisionAnalytics merupakan solusi end-to-end big data keluaran Multipolar Technology yang mampu berperan sebagai tempat untuk menyimpan data (data lake), memproses transformasi data (data engineering), menyajikan hasil analitik data (data analytic), operational database untuk mendukung real-time processing, dan alat untuk memprediksi data.
Dijelaskan Senior Vice President Multipolar Technology, Achmad Fakhrudin mengapa perusahaan perbankan harus menggunakan platform VisionAnalytics. Menurutnya, platform basis data akan memengaruhi cara bagaimana perusahaan perbankan mengambil keputusan. Perbankan yang sudah memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 6 kali lebih besar untuk mempertahankan nasabahnya.
“Perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 23 kali lebih besar untuk mendapatkan nasabah baru dibanding yang tidak memilikinya. Lalu, perusahaan perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 19 kali lipat lebih besar untuk memperoleh keuntungan. Semua itu bisa dilakukan karena basisnya data, analisis data,” ujarnya.
Fitur Customer 360 yang disediakan oleh platform VisionAnalytics mampu menyuguhkan profil nasabah secara detail, bukan hanya berdasarkan demografi, melainkan juga customer segmentation, customer lifestyle profile, customer purchase behaviour, customer profitability ratio, dan lain sebagainya. Data profil nasabah itu bisa dilihat dengan mudah melalui dashboard secara real-time.
Kemudian data profil nasabah yang detail itu bisa dimanfaatkan untuk melakukan targeted marketing campaign, meningkatkan customer relationship, serta memonitor dan mengevaluasi sebuah aktivitas pemasaran. Dengan begitu, database berbasis AI tersebut dapat digunakan untuk melakukan pre-selling, up-selling, customer lifetime value, dan lain sebagainya. “Ibarat pistol, enam pelurunya kita tembakkan kena semua karena sasaran target profilnya detail,” terang Achmad.
Di balik kecanggihan dan besarnya manfaat pengelolaan database, ada penjahat siber yang selalu menghantui. Derasnya transkasi secara online dan real time bisa menjadi sasaran kejahatan siber tersebut. Untuk itu, Multipolar Technology melengkapi platform big data VisionAnalytics-nya dengan modul penangkal fraud yang dinamakan Fraud Detection System.
Modul Fraud Detection System pada platform tersebut mampu memberikan perlindungan keamanan layanan perbankan secara real-time. Fraud Detection System bekerja dengan memantau aktivitas transaksi nasabah secara terus-menerus, mendeteksi nasabah itu riil atau fiktif, dan lain sebagainya sehingga upaya tindak kejahatan siber yang kian masif dapat dicegah sejak dini.
Ia menyarankan perusahaan-perusahaan perbankan agar sesegera mungkin memanfaatkan platform big data analytics berbasis AI semacam VisionAnalytics yang dilengkapi modul Fraud Detection System mengingat dapat mendongkrak kinerja bisnis perbankan sekaligus menghalau bahaya keamanan siber yang terus mengancam.
Sementara, SVP Data Management Division PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI), Billie Setiawan mengakui, manajemen data merupakan journey bagi semua perusahaan perbankan. Dengan platform big data analytics, perusahaan perbankan bisa mengubah cara pengelolaan data dari manual menjadi otomatis, terstruktur, cepat, bersih, dan valuable insights.
“Dengan data analytics berbasis AI, perusahaan dapat mempercepat pekerjaan pengolahan data dari semula 2-3 hari menjadi bersifat real-time, prediktif, dan aman. Ini menjadi data intelligence yang memungkinkan perbankan bisa mengetahui profil nasabah melalui dashboard sehingga mendatangkan peluang untuk menggarap nasabah tersebut,” jelasnya.

Kecanggihan Pengelolaan Big Data Jadi Kunci Kemenangan Perbankan di Era Digital

Bali, TechnoBusiness ID ● Jika satu dekade lalu nasabah perbankan umumnya hanya melakukan transaksi 2-3 kali dalam sebulan, kini bisa jadi lebih dari 10 kali dalam sehari. Bagaimana tidak, saat ini semua proses pembayaran dan pemindahbukuan dapat dilakukan dengan mudah melalui satu tangan (via mobile banking dan online banking) tanpa harus pergi ke anjungan tunai mandiri (ATM) atau kantor kas.

Contoh yang paling gampang, saat memesan ojek online untuk menuju ke stasiun, kita membayarnya menggunakan e-wallet; untuk naik kereta kita membayarnya dengan kartu e-money; begitu makan siang kita memanfaatkan QRIS; untuk memesan barang dan membeli pulsa kita memakai mobile banking; dan seterusnya. Jadi, satu orang bisa bertransaksi perbankan berkali-kalii dalam sehari.

Itulah bukti bahwa digitalisasi telah mengubah perilaku konsumen (consumer behaviour) atau nasabah dalam industri perbankan secara total. Berkat digitalisasi, nilai transaksi digital banking di Tanah Air pun lantas melonjak drastis. Jika tahun ini diproyeksikan bakal mencapai Rp58.478 triliun, merujuk pada data Bank Indonesia, tahun depan diyakini naik menjadi Rp63.803 triliun.

Seiring dengan itu, jumlah data yang mesti diolah oleh perusahaan perbankan juga kian berlipat. Masalahnya, menurut Direktur Penelitian Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Mohamad Miftah, masih banyak tantangan yang harus dihadapi perusahaan perbankan terkait hal itu. Misalnya, kemampuan mengelola data dan risiko ancaman kebocoran data nasabah.

“Belum lagi soal ketidaksesuaian investasi teknologi informasi dengan strategi bisnis perusahaan, risiko outsourcing dengan pihak ketiga, dan lain sebagainya,” ungkapnya dalam acara BPD Forum 2024 bertema “Becoming Data-Driven Organization: Analytics Strategy and Digital Landscape Acceleration” yang digelar Asbanda dan PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Bali belum lama ini.

Platform Big Data

Mengingat begitu kompleksnya masalah data yang harus dikelola, sebagai perusahaan yang fokus membantu automasi beragam sektor bisnis, Multipolar Technology menyarankan kepada perusahaan-perusahaan perbankan, baik bank nasional maupun bank pembangunan daerah, agar memanfaatkan platform big data yang canggih berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti VisionAnalytics.

Platform big data VisionAnalytics merupakan solusi end-to-end big data keluaran Multipolar Technology yang mampu berperan sebagai tempat untuk menyimpan data (data lake), memproses transformasi data (data engineering), menyajikan hasil analitik data (data analytic), operational database untuk mendukung real-time processing, dan alat untuk memprediksi data.

Achmad Fakhrudin, Senior Vice President Multipolar Technology, menjelaskan mengapa perusahaan perbankan harus menggunakan platform VisionAnalytics. Menurutnya, platform basis data akan memengaruhi cara bagaimana perusahaan perbankan mengambil keputusan. Perbankan yang sudah memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 6 kali lebih besar untuk mempertahankan nasabahnya.

“Perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 23 kali lebih besar untuk mendapatkan nasabah baru dibanding yang tidak memilikinya. Lalu, perusahaan perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 19 kali lipat lebih besar untuk memperoleh keuntungan. Semua itu bisa dilakukan karena basisnya data, analisis data,” katanya.

Fitur Customer 360 yang disediakan oleh platform VisionAnalytics mampu menyuguhkan profil nasabah secara detail, bukan hanya berdasarkan demografi, melainkan juga customer segmentationcustomer lifestyle profilecustomer purchase behaviourcustomer profitability ratio, dan lain sebagainya. Data profil nasabah itu bisa dilihat dengan mudah melalui dashboard secara real-time.

Kemudian data profil nasabah yang detail itu bisa dimanfaatkan untuk melakukan targeted marketing campaign, meningkatkan customer relationship, serta memonitor dan mengevaluasi sebuah aktivitas pemasaran. Dengan begitu, database berbasis AI tersebut dapat digunakan untuk melakukan pre-sellingup-sellingcustomer lifetime value, dan lain sebagainya. “Ibarat pistol, enam pelurunya kita tembakkan kena semua karena sasaran target profilnya detail,” terang Achmad.

Namun demikian, di balik kecanggihan dan besarnya manfaat pengelolaan database, ada penjahat siber yang selalu menghantui. Derasnya transkasi secara online dan real time bisa menjadi sasaran kejahatan siber tersebut. Untuk itu, Multipolar Technology melengkapi platform big data VisionAnalytics-nya dengan modul penangkal fraud yang dinamakan Fraud Detection System.

Modul Fraud Detection System pada platform tersebut mampu memberikan perlindungan keamanan layanan perbankan secara real-time. Fraud Detection System bekerja dengan memantau aktivitas transaksi nasabah secara terus-menerus, mendeteksi nasabah itu riil atau fiktif, dan lain sebagainya sehingga upaya tindak kejahatan siber yang kian masif dapat dicegah sejak dini.

Achmad pun menyarankan perusahaan-perusahaan perbankan agar sesegera mungkin memanfaatkan platform big data analytics berbasis AI semacam VisionAnalytics yang dilengkapi modul Fraud Detection System mengingat dapat mendongkrak kinerja bisnis perbankan sekaligus menghalau bahaya keamanan siber yang terus mengancam.

Billie Setiawan, SVP Data Management Division PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI), mengakui bahwa manajemen data merupakan journey bagi semua perusahaan perbankan. Dengan platform big data analytics, perusahaan perbankan bisa mengubah cara pengelolaan data dari manual menjadi otomatis, terstruktur, cepat, bersih, dan valuable insights.

“Dengan data analytics berbasis AI, perusahaan dapat mempercepat pekerjaan pengolahan data dari semula 2-3 hari menjadi bersifat real-time, prediktif, dan aman. Ini menjadi data intelligence yang memungkinkan perbankan bisa mengetahui profil nasabah melalui dashboard sehingga mendatangkan peluang untuk menggarap nasabah tersebut,” katanya.

Kecanggihan Pengelolaan Big Data Jadi Kunci Kemenangan Perbankan di Era Digital

Iconomics – Jika satu dekade lalu nasabah perbankan umumnya hanya melakukan transaksi 2-3 kali dalam sebulan, kini bisa jadi lebih dari 10 kali dalam sehari. Bagaimana tidak, saat ini semua proses pembayaran dan pemindahbukuan dapat dilakukan dengan mudah melalui satu tangan (via mobile banking dan online banking) tanpa harus pergi ke anjungan tunai mandiri (ATM) atau kantor kas.

Contoh yang paling gampang, saat memesan ojek online untuk menuju ke stasiun, kita membayarnya menggunakan e-wallet; untuk naik kereta kita membayarnya dengan kartu e-money; begitu makan siang kita memanfaatkan QRIS; untuk memesan barang dan membeli pulsa kita memakai mobile banking; dan seterusnya. Jadi, satu orang bisa bertransaksi perbankan berkali-kalii dalam sehari.

Itulah bukti bahwa digitalisasi telah mengubah perilaku konsumen (consumer behaviour) atau nasabah dalam industri perbankan secara total. Berkat digitalisasi, nilai transaksi digital banking di Tanah Air pun lantas melonjak drastis. Jika tahun ini diproyeksikan bakal mencapai Rp58.478 triliun, merujuk pada data Bank Indonesia, tahun depan diyakini naik menjadi Rp63.803 triliun.

Seiring dengan itu, jumlah data yang mesti diolah oleh perusahaan perbankan juga kian berlipat. Masalahnya, menurut Direktur Penelitian Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Mohamad Miftah, masih banyak tantangan yang harus dihadapi perusahaan perbankan terkait hal itu. Misalnya, kemampuan mengelola data dan risiko ancaman kebocoran data nasabah.

“Belum lagi soal ketidaksesuaian investasi teknologi informasi dengan strategi bisnis perusahaan, risiko outsourcing dengan pihak ketiga, dan lain sebagainya,” ujarnya dalam acara BPD Forum 2024 bertema “Becoming Data-Driven Organization: Analytics Strategy and Digital Landscape Acceleration” yang digelar Asbanda dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) di Bali belum lama ini.

Platform Big Data

Mengingat begitu kompleksnya masalah data yang harus dikelola, sebagai perusahaan yang fokus membantu automasi beragam sektor bisnis, Multipolar Technology menyarankan kepada perusahaan-perusahaan perbankan, baik bank nasional maupun bank pembangunan daerah, agar memanfaatkan platform big data yang canggih berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti VisionAnalytics.

Platform big data VisionAnalytics merupakan solusi end-to-end big data keluaran Multipolar Technology yang mampu berperan sebagai tempat untuk menyimpan data (data lake), memproses transformasi data (data engineering), menyajikan hasil analitik data (data analytic), operational database untuk mendukung real-time processing, dan alat untuk memprediksi data.

Achmad Fakhrudin, Senior Vice President Multipolar Technology, menjelaskan alasan perusahaan perbankan harus menggunakan platform VisionAnalytics. Menurutnya, platform basis data akan memengaruhi cara bagaimana perusahaan perbankan mengambil keputusan. Perbankan yang sudah memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 6 kali lebih besar untuk mempertahankan nasabahnya.

“Perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 23 kali lebih besar untuk mendapatkan nasabah baru dibanding yang tidak memilikinya. Lalu, perusahaan perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 19 kali lipat lebih besar untuk memperoleh keuntungan. Semua itu bisa dilakukan karena basisnya data, analisis data,” katanya.

Fitur Customer 360 yang disediakan oleh platform VisionAnalytics mampu menyuguhkan profil nasabah secara detail, bukan hanya berdasarkan demografi, melainkan juga customer segmentationcustomer lifestyle profilecustomer purchase behaviourcustomer profitability ratio, dan lain sebagainya. Data profil nasabah itu bisa dilihat dengan mudah melalui dashboard secara real-time.

Kemudian data profil nasabah yang detail itu bisa dimanfaatkan untuk melakukan targeted marketing campaign, meningkatkan customer relationship, serta memonitor dan mengevaluasi sebuah aktivitas pemasaran. Dengan begitu, database berbasis AI tersebut dapat digunakan untuk melakukan pre-sellingup-sellingcustomer lifetime value, dan lain sebagainya. “Ibarat pistol, enam pelurunya kita tembakkan kena semua karena sasaran target profilnya detail,” terang Achmad.

Namun demikian, di balik kecanggihan dan besarnya manfaat pengelolaan database, ada penjahat siber yang selalu menghantui. Derasnya transkasi secara online dan real time bisa menjadi sasaran kejahatan siber tersebut. Untuk itu, Multipolar Technology melengkapi platform big data VisionAnalytics-nya dengan modul penangkal fraud yang dinamakan Fraud Detection System.

Modul Fraud Detection System pada platform tersebut mampu memberikan perlindungan keamanan layanan perbankan secara real-time. Fraud Detection System bekerja dengan memantau aktivitas transaksi nasabah secara terus-menerus, mendeteksi nasabah itu riil atau fiktif, dan lain sebagainya sehingga upaya tindak kejahatan siber yang kian masif dapat dicegah sejak dini.

Achmad pun menyarankan perusahaan-perusahaan perbankan agar sesegera mungkin memanfaatkan platform big data analytics berbasis AI semacam VisionAnalytics yang dilengkapi modul Fraud Detection System mengingat dapat mendongkrak kinerja bisnis perbankan sekaligus menghalau bahaya keamanan siber yang terus mengancam.

Billie Setiawan, SVP Data Management Division PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), mengakui bahwa manajemen data merupakan journey bagi semua perusahaan perbankan. Dengan platform big data analytics, perusahaan perbankan bisa mengubah cara pengelolaan data dari manual menjadi otomatis, terstruktur, cepat, bersih, dan valuable insights.

“Dengan data analytics berbasis AI, perusahaan dapat mempercepat pekerjaan pengolahan data dari semula 2-3 hari menjadi bersifat real-time, prediktif, dan aman. Ini menjadi data intelligence yang memungkinkan perbankan bisa mengetahui profil nasabah melalui dashboard sehingga mendatangkan peluang untuk menggarap nasabah tersebut,” katanya.

Kecanggihan Pengelolaan Big Data Jadi Kunci Kemenangan Perbankan di Era Digital

Jika satu dekade lalu nasabah perbankan umumnya hanya melakukan transaksi 2-3 kali dalam sebulan, kini bisa jadi lebih dari 10 kali dalam sehari. Bagaimana tidak, saat ini semua proses pembayaran dan pemindahbukuan dapat dilakukan dengan mudah melalui satu tangan (via mobile banking dan online banking) tanpa harus pergi ke anjungan tunai mandiri (ATM) atau kantor kas.

Contoh yang paling gampang, saat memesan ojek online untuk menuju ke stasiun, kita membayarnya menggunakan e-wallet; untuk naik kereta kita membayarnya dengan kartu e-money; begitu makan siang kita memanfaatkan QRIS; untuk memesan barang dan membeli pulsa kita memakai mobile banking; dan seterusnya. Jadi, satu orang bisa bertransaksi perbankan berkali-kalii dalam sehari.

Itulah bukti bahwa digitalisasi telah mengubah perilaku konsumen (consumer behaviour) atau nasabah dalam industri perbankan secara total. Berkat digitalisasi, nilai transaksi digital banking di Tanah Air pun lantas melonjak drastis. Jika tahun ini diproyeksikan bakal mencapai Rp58.478 triliun, merujuk pada data Bank Indonesia, tahun depan diyakini naik menjadi Rp63.803 triliun.

Seiring dengan itu, jumlah data yang mesti diolah oleh perusahaan perbankan juga kian berlipat. Masalahnya, menurut Direktur Penelitian Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Mohamad Miftah, masih banyak tantangan yang harus dihadapi perusahaan perbankan terkait hal itu. Misalnya, kemampuan mengelola data dan risiko ancaman kebocoran data nasabah.

“Belum lagi soal ketidaksesuaian investasi teknologi informasi dengan strategi bisnis perusahaan, risiko outsourcing dengan pihak ketiga, dan lain sebagainya,” ungkapnya dalam acara BPD Forum 2024 bertema Becoming Data-Driven Organization: Analytics Strategy and Digital Landscape Acceleration yang digelar Asbanda dan PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Bali belum lama ini.

Mengingat begitu kompleksnya masalah data yang harus dikelola, sebagai perusahaan yang fokus membantu automasi beragam sektor bisnis, Multipolar Technology menyarankan kepada perusahaan-perusahaan perbankan, baik bank nasional maupun bank pembangunan daerah, agar memanfaatkan platform big data yang canggih berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti VisionAnalytics.

Platform big data VisionAnalytics merupakan solusi end-to-end big data keluaran Multipolar Technology yang mampu berperan sebagai tempat untuk menyimpan data (data lake), memproses transformasi data (data engineering), menyajikan hasil analitik data (data analytic), operational database untuk mendukung real-time processing, dan alat untuk memprediksi data.

Achmad Fakhrudin, Senior Vice President Multipolar Technology menjelaskan mengapa perusahaan perbankan harus menggunakan platform VisionAnalytics. Menurutnya, platform basis data akan memengaruhi cara bagaimana perusahaan perbankan mengambil keputusan. Perbankan yang sudah memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 6 kali lebih besar untuk mempertahankan nasabahnya.

“Perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 23 kali lebih besar untuk mendapatkan nasabah baru dibanding yang tidak memilikinya. Lalu, perusahaan perbankan yang memiliki big data analytic akan mempunyai semangat 19 kali lipat lebih besar untuk memperoleh keuntungan. Semua itu bisa dilakukan karena basisnya data, analisis data,” jelas Achmad.

Fitur Customer 360 yang disediakan oleh platform VisionAnalytics mampu menyuguhkan profil nasabah secara detail, bukan hanya berdasarkan demografi, melainkan juga customer segmentation, customer lifestyle profile, customer purchase behaviour, customer profitability ratio, dan sebagainya. Data profil nasabah itu bisa dilihat dengan mudah melalui dashboard secara real-time.

Kemudian data profil nasabah yang detail itu bisa dimanfaatkan untuk melakukan targeted marketing campaign, meningkatkan customer relationship, serta memonitor dan mengevaluasi sebuah aktivitas pemasaran. Dengan begitu, database berbasis AI tersebut dapat digunakan untuk melakukan pre-selling, up-selling, customer lifetime value, dan lainnya. “Ibarat pistol, enam pelurunya kita tembakkan kena semua karena sasaran target profilnya detail,” Achmad menguraikan.

Namun demikian, di balik kecanggihan dan besarnya manfaat pengelolaan database, ada penjahat siber yang selalu menghantui. Derasnya transkasi secara online dan real time bisa menjadi sasaran kejahatan siber tersebut. Untuk itu, Multipolar Technology melengkapi platform big data VisionAnalytics-nya dengan modul penangkal fraud yang dinamakan Fraud Detection System.

Modul Fraud Detection System pada platform tersebut mampu memberikan perlindungan keamanan layanan perbankan secara real-time. Fraud Detection System bekerja dengan memantau aktivitas transaksi nasabah secara terus-menerus, mendeteksi nasabah itu riil atau fiktif, dan lain sebagainya sehingga upaya tindak kejahatan siber yang kian masif dapat dicegah sejak dini.

Achmad menyarankan perusahaan-perusahaan perbankan agar sesegera mungkin memanfaatkan platform big data analytics berbasis AI semacam VisionAnalytics yang dilengkapi modul Fraud Detection System mengingat dapat mendongkrak kinerja bisnis perbankan sekaligus menghalau bahaya keamanan siber yang terus mengancam.

Billie Setiawan, SVP Data Management Division PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) mengakui bahwa manajemen data merupakan journey bagi semua perusahaan perbankan. Dengan platform big data analytics, perusahaan perbankan bisa mengubah cara pengelolaan data dari manual menjadi otomatis, terstruktur, cepat, bersih, dan valuable insights.

“Dengan data analytics berbasis AI, perusahaan dapat mempercepat pekerjaan pengolahan data dari semula 2-3 hari menjadi bersifat real-time, prediktif, dan aman. Ini menjadi data intelligence yang memungkinkan perbankan bisa mengetahui profil nasabah melalui dashboard sehingga mendatangkan peluang untuk menggarap nasabah tersebut,” jelas Billie.

Multipolar Technology Tawarkan Tiga Solusi Layanan Digital Perusahaan yang Andal dan Modern

INDOPOS.CO.ID – Dunia yang semakin digital saat ini mendorong bertumbuhnya kebutuhan terhadap transformasi digital setiap tahunnya. Berdasarkan data perusahaan riset pasar Market Research Future, nilai pasar transformasi digital global pada 2030 diperkirakan mencapai US$7,6 triliun, naik dari US$1,3 triliun pada 2021 dan US$1,6 triliun pada 2022.

Kebutuhan transformasi digital tersebut tak hanya ditunjukkan oleh negara-negara maju, melainkan juga negara-negara berkembang seperti Indonesia. Perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah kian menyadari bahwa mendigitalisasi layanan merupakan sebuah keharusan, bukan pilihan. Masalahnya, mendigitalisasi layanan saja tidaklah cukup.

Menurut Jip Ivan Sutanto, Director Enterprise Application Services Business PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), dalam seminar “Get Ready for 2024: Building Agile, Modern, and Reliable Digital Services” di Shangri-La Jakarta, Selasa (5/12), “Mendigitalisasi layanan perusahaan yang cukup kompleks harus dilakukan secara benar dengan menggunakan solusi yang andal.”

Setidaknya ada tiga solusi yang ditawarkan oleh Multipolar Technology sebagai perusahaan system integrator dan penyedia layanan digital terkemuka untuk membantu pelanggan dalam mendigitalisasi layanan secara andal dan modern. Ketiga solusi itu, antara lain IBM API Connect, IBM Storage Fusion, dan IBM Instana.

Mengatasi integrasi teknologi layanan perusahaan yang heterogen semakin dipermudah dengan adanya solusi IBM API Connect yang berjalan di atas platform IBM Cloud Pak for Integration (CP4I). IBM CP4I hadir sebagai platform integrasi hybrid berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang mendukung berbagai skema integrasi, baik dari lingkungan private cloud, public cloud, hybrid cloud, maupun on-premise.

Di Era Application Programming Interface (API) Economy, solusi IBM API Connect mempermudah perusahaan dalam mengintegrasikan sistem dan memonetisasi API dengan prinsip “Create, Run, Manage, Secure”. Alhasil, IBM API Connect membantu bisnis menghubungkan berbagai sistem dan aplikasi secara lancar dan komprehensif yang bermuara pada peningkatan pendapatan perusahaan.

Lalu, untuk penyimpanan dan manajemen data, Multipolar Technology menawarkan IBM Storage Fusion. Selain dapat menyederhanakan proses modernisasi platform, kata Lindra Heryadi, Department Head Presales IBM Hardware Multipolar Technology, IBM Storage Fusion juga berperan, antara lain memastikan sistem layanan tetap berjalan aktif, melakukan pencadangan terintegrasi yang bisa diskalakan ke beberapa situs, dan memulihkan data saat terjadi bencana.

Solusi yang ketiga adalah IBM Instana, merupakan solusi Application Performance Management yang memberikan visibilitas lengkap terhadap setiap request yang masuk ke aplikasi, membuat profil dari request itu, lalu mengorelasikan dan menganalisis datanya secara otomatis. Dengan IBM Instana, tim teknologi informasi (TI) perusahaan bisa lebih cepat dan akurat mengidentifikasi bugs, latensi aplikasi, dan permasalahan lainnya yang dapat menghambat kinerja aplikasi.

Jip Ivan menambahkan, pemantauan otomatis, model data komprehensif, dan kemampuan analitik mendalam yang disuguhkan oleh IBM Instana dapat membantu tim TI perusahaan memperoleh insight mengenai kinerja aplikasi—juga mendorong tim untuk mengambil tindakan lebih dini apabila terjadi ancaman.

“IBM Instana dibutuhkan karena beragamnya teknologi yang digunakan perusahaan, baik yang berjalan di infrastruktur on-premise maupun on-cloud, dengan perubahan yang cepat dan terus-menerus,” katanya. “Dengan solusi ini, tim TI tak perlu menghabiskan waktu dan energi untuk memantau banyaknya events dan logs yang terjadi di aplikasi. Alert akan terkirim otomatis jika muncul ancaman pada sistem.”

Jadi, perusahaan-perusahaan di era digital sudah waktunya menerapkan solusi IBM API Connect, IBM Storage Fusion, dan IBM Instana yang mampu mengintegrasikan beragam sistem ke dalam satu-kesatuan platform, mencadangkan dan memulihkan data, mengoptimalkan kinerja aplikasi, serta mendeteksi ancaman yang mungkin muncul, demi menyuguhkan layanan digital yang andal dan optimal. “Tim ahli Multipolar Technology memiliki pengalaman yang mumpuni dan siap membantu untuk pengimplementasiannya,” kata Jip Ivan