Selalu Waspada, Zero Trust Jadi Strategi Tangkal Serangan Siber

DIGITALISASI memaksa semua sektor untuk berkembang dan bertransformasi. Digitalisasi juga mengubah tata cara operasional perusahaan, pola kerja karyawan serta adaptasi keamanan dan infrastruktur teknologi informasi.

Perpaduan antara cara bekerja yang lama (bekerja dari kantor) dengan cara bekerja yang baru (bekerja dari mana saja dan kapan saja) menjadi tantangan tersendiri dalam mencegah terjadinya serangan siber. Bekerja dengan melibatkan banyak orang, banyak perangkat, dan banyak jaringan menjadi celah yang lebih besar bagi para penjahat siber untuk melakukan tindak kejahatan.

“Itu sebabnya, perlu menerapkan strategi Zero Trust sebagai landasan untuk mencegah terjadinya serangan siber,” kata Davit Wijaya Kosim, Cloud Section Head PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), perusahaan system integrator terkemuka di Tanah Air dalam seminar bertema “Establishing Zero Trust Foundation: Building a Secure Foundation for Your Organization” yang diselenggarakan oleh perusahaannya di kantor Microsoft Indonesia, Jakarta, Selasa (6/5).

Davit menjelaskan, Zero Trust merupakan model arsitektur keamanan yang didasarkan pada prinsip Never Trust, Always Verify (Jangan Pernah Percaya, Selalu Verifikasi). Artinya, jangan pernah percaya kepada siapa pun, perangkat apa pun, dan jaringan mana pun, meski ketiganya berada di dalam perimeter perusahaan. Setiap permintaan akses harus divalidasi (autentikasi dan otorisasi) terlebih dahulu.

Yang divalidasi, terutama identitas pengguna, status perangkat, lokasi geografis, waktu akses, sensitivitas data yang diminta, dan pola perilaku sebelumnya. Tujuan utama penerapan prinsip Zero Trust adalah mencegah akses tidak sah, membatasi pergerakan lateral penyerang di jaringan, mengurangi dampak pelanggaran data, dan meningkatkan postur keamanan secara menyeluruh.

Untuk menerapkannya, perusahaan bisa menggunakan berbagai solusi yang mendukung strategi Zero Trust yang ditawarkan oleh pengembang teknologi, salah satunya Microsoft Defender XDR . Microsoft Defender XDR adalah platform keamanan terpadu yang dirancang untuk mendeteksi, menyelidiki, dan merespons ancaman siber secara menyeluruh di seluruh infrastruktur digital organisasi.

Solusi Microsoft XDR bekerja dengan menganalisis jaringan, log otentikasi, dan aktivitas pengguna untuk mengidentifikasi anomali yang ada pada perangkat, e-mail, identitas pengguna hingga aplikasi cloud. “Konsep Zero Trust adalah kita tidak memercayai siapa pun, kita mencegah semua kemungkinan yang ada, sehingga dapat mencegah serangan dari luar,” jelas Davit.

Tiga prinsip dasar strategi Zero Trust, yaitu verifikasi secara eksplisit (selalu melakukan autentikasi dan otorisasi berdasarkan semua sinyal dan data kontekstual), batasi dengan hak akses paling minimum (pengguna hanya mendapatkan akses yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas mereka), dan asumsikan adanya pelanggaran (selalu menganggap sistem bisa disusupi, jadi desainlah sistem keamanan agar tetap terbatas).

Menurut Davit, Microsoft Defender XDR tergolong platform Zero Trust yang paling bisa dipercaya. Oleh sebab itu, solusi ini layak dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam upaya mencegah serangan siber sedini mungkin. “Sebagai Microsoft Solutions Partner, Multipolar Technology siap membantu mengimplementasikannya. Kami memiliki tim ahli untuk itu,” katanya.

Multipolar Technology Ingatkan Pentingnya Penerapan Prinsip Zero Trust

Zero Trust menjadi strategi penangkalan serangan siber sejak dini yang penting bagi perusahaan.

Microsoft Defender XDR merupakan salah satu solusi penerapan strategi Zero Trust.

Jakarta, TechnoBusiness ID ● Seiring dengan digitalisasi di berbagai lini yang terus berkembang, ada transformasi besar yang mengubah bagaimana cara perusahaan beroperasi, bagaimana pola karyawan bekerja, serta bagaimana sistem keamanan dan infrastruktur teknologi informasi harus beradaptasi. Semua itu menjadi satu kesatuan tak terpisahkan yang harus dikelola dengan sangat baik.

Mengapa demikian? Karena, perpaduan antara cara bekerja yang lama (bekerja dari kantor) dengan cara bekerja yang baru (bekerja dari mana saja dan kapan saja) menjadi tantangan tersendiri dalam mencegah terjadinya serangan siber. Bekerja dengan melibatkan banyak orang, banyak perangkat, dan banyak jaringan menjadi celah yang lebih besar bagi para penjahat siber untuk melakukan tindak kejahatan.

“Itu sebabnya, perlu menerapkan strategi Zero Trust sebagai landasan untuk mencegah terjadinya serangan siber,” kata Davit Wijaya Kosim, Cloud Section Head PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), perusahaan system integrator terkemuka di Tanah Air dalam seminar bertema “Establishing Zero Trust Foundation: Building a Secure Foundation for Your Organization” yang diselenggarakan oleh perusahaannya di kantor Microsoft Indonesia, Jakarta, Selasa (6/5).

Davit menjelaskan, Zero Trust merupakan model arsitektur keamanan yang didasarkan pada prinsip Never Trust, Always Verify (Jangan Pernah Percaya, Selalu Verifikasi). Artinya, jangan pernah percaya kepada siapa pun, perangkat apa pun, dan jaringan mana pun, meski ketiganya berada di dalam perimeter perusahaan. Setiap permintaan akses harus divalidasi (autentikasi dan otorisasi) terlebih dahulu.

Yang divalidasi, terutama identitas pengguna, status perangkat, lokasi geografis, waktu akses, sensitivitas data yang diminta, dan pola perilaku sebelumnya. Tujuan utama penerapan prinsip Zero Trust adalah mencegah akses tidak sah, membatasi pergerakan lateral penyerang di jaringan, mengurangi dampak pelanggaran data, dan meningkatkan postur keamanan secara menyeluruh.

Untuk menerapkannya, perusahaan bisa menggunakan berbagai solusi yang mendukung strategi Zero Trust yang ditawarkan oleh pengembang teknologi, salah satunya Microsoft Defender XDR. Microsoft Defender XDR  adalah platform keamanan terpadu yang dirancang untuk mendeteksi, menyelidiki, dan merespons ancaman siber secara menyeluruh di seluruh infrastruktur digital organisasi.

Solusi Microsoft XDR bekerja dengan menganalisis jaringan, log otentikasi, dan aktivitas pengguna untuk mengidentifikasi anomali yang ada pada perangkat, e-mail, identitas pengguna hingga aplikasi cloud. “Konsep Zero Trust adalah kita tidak memercayai siapa pun, kita mencegah semua kemungkinan yang ada, sehingga dapat mencegah serangan dari luar,” jelas Davit.

Tiga prinsip dasar strategi Zero Trust, yaitu verifikasi secara eksplisit (selalu melakukan autentikasi dan otorisasi berdasarkan semua sinyal dan data kontekstual), batasi dengan hak akses paling minimum (pengguna hanya mendapatkan akses yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas mereka), dan asumsikan adanya pelanggaran (selalu menganggap sistem bisa disusupi, jadi desainlah sistem keamanan agar tetap terbatas).

Menurut Davit, Microsoft Defender XDR tergolong platform Zero Trust yang paling bisa dipercaya. Oleh sebab itu, solusi ini layak dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam upaya mencegah serangan siber sedini mungkin. “Sebagai Microsoft Solutions Partner, Multipolar Technology siap membantu mengimplementasikannya. Kami memiliki tim ahli untuk itu,” katanya.●

—Vino Darmawan, TechnoBusiness ID

Penerapan Zero Trust Jadi Solusi Tangkal Serangan Siber

Jakarta – Seiring dengan digitalisasi di berbagai lini yang terus berkembang, ada potensi serangan siber yang mengintai. Mengingat transformasi digital mengubah cara bagaimana cara perusahaan beroperasi, pola karyawan bekerja, serta sistem keamanan dan infrastruktur teknologi informasi harus beradaptasi.

Davit Wijaya Kosim, Cloud Section Head PT Multipolar Technology Tbk menjelaskan, perpaduan antara cara bekerja yang lama (bekerja dari kantor) dengan cara bekerja yang baru (bekerja dari mana saja dan kapan saja) menjadi tantangan tersendiri dalam mencegah terjadinya serangan siber.

”Bekerja dengan melibatkan banyak orang, banyak perangkat, dan banyak jaringan menjadi celah yang lebih besar bagi para penjahat siber untuk melakukan tindak kejahatan. Itu sebabnya, perlu menerapkan strategi Zero Trust sebagai landasan untuk mencegah terjadinya serangan siber [DK1] ,” kata Davit dikutip 22 Mei 2025.

Davit menjelaskan, Zero Trust merupakan model arsitektur keamanan yang didasarkan pada prinsip Never Trust, Always Verify (Jangan Pernah Percaya, Selalu Verifikasi).

“Artinya, jangan pernah percaya kepada siapa pun, perangkat apa pun, dan jaringan mana pun, meski ketiganya berada di dalam perimeter perusahaan. Setiap permintaan akses harus divalidasi (autentikasi dan otorisasi) terlebih dahulu,” jelasnya.

Yang divalidasi, terutama identitas pengguna, status perangkat, lokasi geografis, waktu akses, sensitivitas data yang diminta, dan pola perilaku sebelumnya. Tujuan utama penerapan prinsip Zero Trust adalah mencegah akses tidak sah, membatasi pergerakan lateral penyerang di jaringan, mengurangi dampak pelanggaran data, dan meningkatkan postur keamanan secara menyeluruh.

Untuk menerapkannya, perusahaan bisa menggunakan berbagai solusi yang mendukung strategi Zero Trust yang ditawarkan oleh pengembang teknologi, salah satunya Microsoft Defender XDR . Microsoft Defender XDR adalah platform keamanan terpadu yang dirancang untuk mendeteksi, menyelidiki, dan merespons ancaman siber secara menyeluruh di seluruh infrastruktur digital organisasi.

Solusi Microsoft XDR bekerja dengan menganalisis jaringan, log otentikasi, dan aktivitas pengguna untuk mengidentifikasi anomali yang ada pada perangkat, e-mail, identitas pengguna hingga aplikasi cloud.

“Konsep Zero Trust adalah kita tidak memercayai siapa pun, kita mencegah [DK2] semua kemungkinan yang ada, sehingga dapat mencegah serangan dari luar,” jelas Davit.

Tiga prinsip dasar strategi Zero Trust, yaitu verifikasi secara eksplisit (selalu melakukan autentikasi dan otorisasi berdasarkan semua sinyal dan data kontekstual), batasi dengan hak akses paling minimum (pengguna hanya mendapatkan akses yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas mereka), dan asumsikan adanya pelanggaran (selalu menganggap sistem bisa disusupi, jadi desainlah sistem keamanan agar tetap terbatas).

Menurut Davit, Microsoft Defender XDR tergolong platform Zero Trust yang paling bisa dipercaya.

“Solusi ini layak dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam upaya mencegah serangan siber sedini mungkin,” tutupnya.

Multipolar Technology Dorong Implementasi Zero Trust untuk Amankan Digitalisasi

Cara kerja hybrid sebagai salah satu bentuk transformasi digital dapat menjadi satu celah serangan siber, menurut PT Multipolar Technology yang menganjurkan penerapan strategi Zero Trust.

Seiring perusahaan beralih ke model kerja hybrid, kombinasi antara aktivitas di kantor dan fleksibilitas work-from-anywhere memunculkan tantangan keamanan baru. Banyaknya pengguna, perangkat, dan jaringan yang terlibat dianggap meningkatkan risiko eksploitasi oleh pelaku kejahatan siber.

Davit Wijaya Kosim, Cloud Section Head PT Multipolar Technology Tbk, menyampaikan dalam sebuah seminar di kantor Microsoft Indonesia bahwa model Zero Trust menjadi fondasi penting untuk memperkuat pertahanan. “Zero Trust merupakan model arsitektur keamanan yang didasarkan pada prinsip Never Trust, Always Verify,” ujarnya.

“Artinya, jangan pernah percaya kepada siapa pun, perangkat apa pun, dan jaringan mana pun, meski ketiganya berada di dalam perimeter perusahaan,” jelas Davit kepada para peserta seminar yang berjudul “Establishing Zero Trust Foundation: Building a Secure Foundation for Your Organization.”

Dalam kerangka Zero Trust, setiap permintaan akses harus melewati proses autentikasi dan otorisasi yang ketat. Verifikasi meliputi identitas pengguna, status perangkat, lokasi geografis, waktu akses, sensitivitas data yang diakses, serta pola perilaku sebelumnya. Tujuannya adalah untuk menolak akses tidak sah, membatasi pergerakan lateral penyerang, serta mengurangi dampak potensial apabila terjadi pelanggaran data.

Davit menegaskan bahwa perusahaan perlu menyiapkan sistem yang mengadopsi tiga prinsip dasar Zero Trust, yaitu verifikasi eksplisit, penerapan hak akses paling minimum, dan asumsi adanya pelanggaran. “Konsep Zero Trust adalah kita tidak memercayai siapa pun, kita mencegah semua kemungkinan yang ada, sehingga dapat mencegah serangan dari luar,” jelasnya.

Sebagai bagian dari implementasi, PT Multipolar Technology menyebut beberapa solusi keamanan terpadu yang dapat mendukung strategi tersebut. Salah satunya adalah Microsoft Defender XDR. Platform ini mampu mendeteksi, menyelidiki, dan merespons ancaman siber dengan menganalisis aktivitas jaringan, log otentikasi, dan perilaku pengguna. Dengan demikian, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan postur keamanan dan meminimalkan celah serangan.

“Sebagai Microsoft Solutions Partner, Multipolar Technology siap membantu mengimplementasikannya. Kami memiliki tim ahli untuk itu,” pungkas Davit.

Multipolar Technology Tawarkan Microsoft Defender XDR untuk Keamanan Siber di Era Kerja Hybrid

Warta Ekonomi, Jakarta – Di tengah pesatnya digitalisasi di berbagai sektor, terjadi transformasi besar yang memengaruhi operasional perusahaan, pola kerja karyawan, serta tuntutan adaptasi sistem keamanan dan infrastruktur teknologi informasi. Semua aspek ini saling terkait dan harus dikelola secara efektif.

Kombinasi antara metode kerja konvensional (kerja dari kantor) dan metode kerja modern (kerja fleksibel dari mana saja dan kapan saja) menciptakan tantangan baru dalam menghadapi ancaman siber. Aktivitas kerja yang melibatkan banyak orang, perangkat, dan jaringan memperluas celah bagi pelaku kejahatan siber untuk mengeksploitasi kerentanan tersebut.

“Itu sebabnya, perlu menerapkan strategi Zero Trust sebagai landasan untuk mencegah terjadinya serangan siber ,” kata Davit Wijaya Kosim, Cloud Section Head PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), perusahaan system integrator terkemuka di Tanah Air dalam seminar bertema “Establishing Zero Trust Foundation: Building a Secure Foundation for Your Organization” yang diselenggarakan oleh perusahaannya di kantor Microsoft Indonesia, Jakarta, Selasa (6/5).

Davit menjelaskan, Zero Trust merupakan model arsitektur keamanan yang didasarkan pada prinsip Never Trust, Always Verify (Jangan Pernah Percaya, Selalu Verifikasi). Artinya, jangan pernah percaya kepada siapa pun, perangkat apa pun, dan jaringan mana pun, meski ketiganya berada di dalam perimeter perusahaan. Setiap permintaan akses harus divalidasi (autentikasi dan otorisasi) terlebih dahulu.

Yang divalidasi, terutama identitas pengguna, status perangkat, lokasi geografis, waktu akses, sensitivitas data yang diminta, dan pola perilaku sebelumnya. Tujuan utama penerapan prinsip Zero Trust adalah mencegah akses tidak sah, membatasi pergerakan lateral penyerang di jaringan, mengurangi dampak pelanggaran data, dan meningkatkan postur keamanan secara menyeluruh.

Untuk menerapkannya, perusahaan bisa menggunakan berbagai solusi yang mendukung strategi Zero Trust yang ditawarkan oleh pengembang teknologi, salah satunya Microsoft Defender XDR . Microsoft Defender XDR adalah platform keamanan terpadu yang dirancang untuk mendeteksi, menyelidiki, dan merespons ancaman siber secara menyeluruh di seluruh infrastruktur digital organisasi.

Solusi Microsoft XDR bekerja dengan menganalisis jaringan, log otentikasi, dan aktivitas pengguna untuk mengidentifikasi anomali yang ada pada perangkat, e-mail, identitas pengguna hingga aplikasi cloud. “Konsep Zero Trust adalah kita tidak memercayai siapa pun, kita mencegah semua kemungkinan yang ada, sehingga dapat mencegah serangan dari luar,” jelas Davit.

Tiga prinsip dasar strategi Zero Trust, yaitu verifikasi secara eksplisit (selalu melakukan autentikasi dan otorisasi berdasarkan semua sinyal dan data kontekstual), batasi dengan hak akses paling minimum (pengguna hanya mendapatkan akses yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas mereka), dan asumsikan adanya pelanggaran (selalu menganggap sistem bisa disusupi, jadi desainlah sistem keamanan agar tetap terbatas).

Menurut Davit, Microsoft Defender XDR tergolong platform Zero Trust yang paling bisa dipercaya. Oleh sebab itu, solusi ini layak dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam upaya mencegah serangan siber sedini mungkin. “Sebagai Microsoft Solutions Partner, Multipolar Technology siap membantu mengimplementasikannya. Kami memiliki tim ahli untuk itu,” katanya.

Editor: Amry Nur Hidayat

Keberlangsungan Bisnis Tergantung Digital Competency

Efisiensi menjadi penting dalam implementasi TI. Hal ini berdampak pada konsistensi layanan kepada nasabah. Tidak lagi karena alasan pemeliharaan sistem. Kompetensi digital menjadi tantangan industri di masa depan.

Oleh Rully Ferdian

TEKNOLOGI perbankan rentan terhadap guncangan. Tidak heran jika sistem teknologi informasi (TI) atau istilah
asingnya information technology (IT) perbankan kerap kali dilakukan maintenance dengan dalih “ada pemeliharaan sistem untuk meningkatkan pelayanan dan penguatan keamanan”. Ini bukan hal yang baru. Hampir semua bank mengalami kasus tersebut. Yang membedakan adalah cara penanganannya saja, terutama pendekatan communication skills dari public relation bank yang bersangkutan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa digital
resilience perbankan masih relatif rendah. Mitigasi risiko dan analisis dampak dengan menggunakan model tradisional yang dilakukan perbankan sudah tidak relevan lagi. Sistem perbankan harus mampu mempertahankan
fungsi operasi kritikal saat terjadi disrupsi untuk pulih kembali. Industri perbankan harus mampu secara cepat beradaptasi terhadap disrupsi dan mempertahankan keberlangsungan bisnis, disamping juga memiliki keunggulan kompetitif sehingga mampu bersaing dengan kompetitor di bisnis serupa. Itulah sebabnya, industri perbankan pun
perlu memahami tahapan penting dalam mengadopsi teknologi, termasuk emerging technology seperti artificial intelligence (AI). Hal ini untuk mengantisipasi potensi risiko yang timbul. Pertama, melakukan penelitian. Meninjau
dan mengidentifikasi daftar teknologi yang tepat memberikan solusi bagi use case tertentu. Kedua, penilaian. Membuat prioritas kandidat teknologi baru berdasarkan kesesuaian dampak, kematangan, dan dinamika pasar.
Ketiga, analisis. Mendefinisikan risiko kegunaan dan melakukan peninjauan peraturan, keamanan, dan kesesuaian budaya perusahaan. Menganalisis pasar, penyedia jasa, dan pemahaman dari pengguna akhir (end-user). Keempat, pembuktian. Mengembangkan proses proof-of concept (POC) untuk membuktikan kelayakan teknis dan nonteknis dari suatu ide atau konsep.
Setelah POC dikembangkan untuk memberikan gambaran yang komprehensif (real dan fungsional) dari suatu ide atau konsep. Kelima, implementasi dan perluasan. Mengembangkan minimum viable product (MVP) yang menjalankan dan menguji hal utama dari POC yang telah dikembangkan. Pada tahap ini, MVP diuji pada lingkungan nyata (real world) untuk menilai efektivitas dari konsep yang ditawarkan. Menurut Kepala Divisi IT Strategic Planning and Development Bank Tabungan Negara (BTN), Joko Christianto, scoring standardisasi perangkat IT perbankan perlu dilakukan untuk memastikan adanya konsistensi, efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan aset IT di kantor cabang. Proses scoring ini melibatkan evaluasi berbagai parameter, seperti kesesuaian standar, spesifikasi, kinerja, kompatibilitas dengan sistem, dan status update.

“Tujuannya adalah menjaga availability dan reliability layanan IT sehingga dapat mendukung kinerja dan layanan
kantor cabang, meningkatkan awareness untuk menjaga infrastruktur IT dalam pengelolaan risiko operasional, serta memudahkan komunikasi untuk memberikan arahan dari kantor pusat apabila terjadi masalah atau gangguan,” kata Joko, saat acara BPD Forum 2025, di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, dalam menerapkan kerangka kerja (framework implementation) teknologi informasi, industri perbankan setidaknya tetap mengedepankan prinsip peningkatan efisiensi dan produktivitas. Hal ini menjadi penting dalam mendorong penerapan manajemen risiko sehingga sesuai dengan rencana bisnis bank.

Lebih jauh, Achmad Fakhrudin, Senior Vice President Multipolar Technology, mengungkapkan, pengambilan keputusan yang lebih efisien dalam implementasi IT perbankan memberikan dampak positif dalam memberikan konsistensi layanan kepada nasabah yang muaranya adalah kepuasan pelanggan. “Perform and secure. Dua
hal itu menjadi keharusan manakala bank melakukan transformasi digital,” katanya kepada Infobank, di kesempatan yang sama.

Dia menilai, ancaman terbesar untuk perbankan adalah keberlangsungan bisnis. Itu sebabnya penting bagi perbankan beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk menghindari risiko bisnis. “Prioritaskan investasi pada keamanan perangkat teknologi untuk mengurangi risiko bisnis,” tegasnya.

Perbankan memang industri yang sarat dengan risiko. Karena itu, keterampilan digital sangat dibutuhkan oleh sektor perbankan untuk tetap bisa survive. Kenapa? Salah satu alasannya adalah adanya persaingan dengan perusahaan teknologi dan fintech. Lihat saja, betapa proses bisnis yang cepat dan aman menjadi daya tarik nasabah. Tidak hanya itu, perbankan juga masih relatif kekurangan talenta yang memiliki keterampilan digital khusus. Padahal, Revolusi Industri 4.0 disertai perkembangan teknologi seperti AI, yang memicu perubahan besar
di pasar tenaga kerja. Bahkan, bidang kerja saat ini dan calon pekerja harus memiliki keterampilan yang lebih kompleks, seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan memiliki kemampuan komunikasi.

Pendidikan berkelanjutan menjadi kebutuhan penting untuk memastikan pekerja tetap relevan di era yang terus berubah. Keterampilan digital yang sangat dibutuhkan di sektor perbankan saat ini antara lain data analytics, cyber
security, cloud computing, AI, machine learning (ML), serta blockchain. Sektor jasa keuangan secara khusus berfokus pada pembangunan kapabilitas data science dan analitik untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan, memberikan continuous customer experience dan meet customer expectation.

Kemajuan teknologi yang pesat membuat keterampilan pekerja menjadi cepat usang sehingga pembelajaran sepanjang hayat menjadi kebutuhan penting. Penelitian menunjukkan bahwa keterampilan yang diperlukan
untuk pekerjaan di masa depan mencakup keterampilan kognitif yang kuat, kemampuan analitik, dan keterampilan nonkognitif seperti kreativitas, pemecahan masalah, dan komunikasi. Oleh karena itu, pekerja harus terus memperbarui keterampilan mereka agar tetap relevan di pasar tenaga kerja yang berubah demikian cepat.

 

Multipolar Technology: Percepat Proses Bisnis dengan Dua Aplikasi Ini

Aplikasi MailApp dan EIMS keluaran Multipolar Technology mampu mempercepat proses bisnis perusahaan.

Multipolar Technology menawarkan aplikasi MailApp dan EIMS untuk mempercepat proses bisnis perusahaan.

Proses bisnis yang cepat dapat meningkatkan produktivitas dan menekan biaya operasional perusahaan.

Jakarta, TechnoBusiness ID ● Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini, perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan produktivitas sekaligus efisiensi secara bersamaan. Perusahaan-perusahaan yang masih menganut pola tradisional dalam proses operasionalnya pasti sangat mudah tersingkirkan.

Coba bayangkan, apa jadinya jika penandatanganan dokumen kontrak bisnis, persetujuan pembelian barang, disposisi, atau pencarian satu dokumen penting harus menunggu direktur atau manajer sampai di kantor terlebih dahulu? Juga, akan seperti apa apabila penyiapan work order untuk maintenance aset bisnis ke pihak eksternal terlewatkan hanya karena lupa dari jadwal yang seharusnya?

Agar tidak terus-terusan terjebak pada pola lama yang cenderung lambat dan boros, ada baiknya perusahaan mempertimbangkan untuk menggunakan dua aplikasi yang dikembangkan oleh PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), yaitu MailApp dan EIMS.

Jip Ivan Sutanto, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, dalam seminar “Efisiensi dan Produktivitas Tanpa Batas dengan Platform AI” yang diadakan di Ayana Midplaza, Jakarta, Rabu (12/3), mengatakan bahwa dua solusi itu memiliki fungsi yang berbeda tetapi saling melengkapi.

“MailApp adalah aplikasi yang mempermudah pengelolaan dokumen, seperti dokumen masuk, dokumen keluar, disposisi dokumen, dokumen kontrak, dan lainnya, dengan pengarsipan terpusat. Aplikasi mobile ini juga mampu mempercepat proses pelacakan dan pengeditan dokumen dari mana saja dan kapan saja,” katanya.

MailApp memungkinkan penambahan dan perubahan tipe dokumen yang fleksibel; penyematan digital signature dan QR Code untuk kebutuhan autentikasi; diintegrasikan dengan Microsoft Office, email, dan outlook calendar; pengikutsertaan peran pejabat pengganti dan sekretaris; pemantauan melalui dashboard dan sistem alert.

Sementara EIMS, singkatan dari Equipment Information Management System, merupakan aplikasi pengelolaan aset bisnis perusahaan yang bersifat end-to-end. Aplikasi mobile ini membantu perusahaan memantau dan merekam data site hingga ribuan perangkat yang tersebar di ribuan lokasi.

Erlina, Process Automation Solution Services Head Multipolar Technology, menjelaskan, EIMS membantu perusahaan merekam data seperti dokumentasi, alamat, dan titik koordinat site; mengelola administrasi perizinan dan kontrak terkait site; memantau kegiatan pemeliharaan; dan menyiapkan work order dan purchase order ke pihak eksternal.

“EIMS dapat menampilkan daftar site sekaligus membedakan antara yang sudah beroperasi dengan yang masih dikaji; merekam spesifikasi dan nilai aset, termasuk data warranty-nya; menyediakan berbagai laporan seperti data insiden, permintaan perbaikan; menyediakan pencatatan anggaran; dan lain sebagainya,” terangnya.

Intinya, MailApp dan EIMS sama-sama menjadi aplikasi yang mengotomatisasi pengelolaan dokumen dan aset bisnis berbasis AI, sehingga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Kedua solusi ini juga sudah terbukti berjalan baik di atas platform Microsoft Azure.

Menurut Jip Ivan, Microsoft Azure merupakan platform komputasi yang menawarkan fleksibilitas dan skalabilitas dengan layanan yang terus ditingkatkan sesuai tren dan kebutuhan bisnis. Platform ini mampu mendorong produktivitas dan efisiensi perusahaan dengan mengintegrasikan perangkat yang berjalan di lingkungan hybrid cloud, multicloud, dan plaform edge. Platform ini juga dapat diskalakan sesuai kebutuhan bisnis dan mengedepankan keamanan siber.

“Di era yang hiperkompetitif, perusahaan membutuhkan dukungan teknologi yang komprehensif, fleksibel, dan hemat biaya seperti Microsoft Azure,” ujarnya. “Multipolar Technology siap membantu memastikan perusahaan Anda memperoleh keuntungan dari integrasi MailApp atau EIMS dengan Microsoft Azure AI Service untuk digitalisasi proses bisnis.”●

Pengelolaan Dokumen dan Aset Berbasis AI Bantu Tingkatkan Efisiensi Bisnis

JAKARTA, investor.id– Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini, perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan produktivitas sekaligus efisiensi secara bersamaan. Perusahaan-perusahaan yang masih menganut pola tradisional dalam proses operasionalnya pasti sangat mudah tersingkirkan.

Sulit dibayangkan jika penandatanganan dokumen kontrak bisnis, persetujuan pembelian barang, disposisi, atau pencarian satu dokumen penting harus menunggu direktur atau manajer sampai di kantor terlebih dahulu.

Begitupula ketika penyiapan work order untuk maintenance aset bisnis ke pihak eksternal terlewatkan hanya karena lupa dari jadwal yang seharusnya.

Agar tidak te pengelolaan dokumen dan aset bisnis berbasis AI terus-terusan terjebak pada pola lama yang cenderung lambat dan boros,  PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) menyiapkan dua solusi yaitu MailApp dan EIMS.

MailApp dan EIMS sama-sama menjadi aplikasi yang mengotomatisasi pengelolaan dokumen dan aset bisnis berbasis AI, sehingga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Kedua solusi ini juga sudah terbukti berjalan baik di atas platform Microsoft Azure.

“MailApp adalah aplikasi yang mempermudah pengelolaan dokumen, seperti dokumen masuk, dokumen keluar, disposisi dokumen, dokumen kontrak, dan lainnya, dengan pengarsipan terpusat. Aplikasi mobile ini juga mampu mempercepat proses pelacakan dan pengeditan dokumen dari mana saja dan kapan saja,” kata Jip Ivan Sutanto, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (23/3/2025).

MailApp memungkinkan penambahan dan perubahan tipe dokumen yang fleksibel; penyematan digital signature dan QR Code untuk kebutuhan autentikasi; diintegrasikan dengan Microsoft Office, email, dan outlook calendar; pengikutsertaan peran pejabat pengganti dan sekretaris; pemantauan melalui dashboard dan sistem alert.

Sementara EIMS, singkatan dari Equipment Information Management System, merupakan aplikasi pengelolaan aset bisnis perusahaan yang bersifat end-to-end. Aplikasi mobile ini membantu perusahaan memantau dan merekam data site hingga ribuan perangkat yang tersebar di ribuan lokasi.

Erlina, Process Automation Solution Services Head Multipolar Technology, menjelaskan, EIMS membantu perusahaan merekam data seperti dokumentasi, alamat, dan titik koordinat site; mengelola administrasi perizinan dan kontrak terkait site; memantau kegiatan pemeliharaan; dan menyiapkan work order dan purchase order ke pihak eksternal.

“EIMS dapat menampilkan daftar site sekaligus membedakan antara yang sudah beroperasi dengan yang masih dikaji; merekam spesifikasi dan nilai aset, termasuk data warranty-nya; menyediakan berbagai laporan seperti data insiden, permintaan perbaikan; menyediakan pencatatan anggaran; dan lain sebagainya,” terangnya.

Intinya, MailApp dan EIMS sama-sama menjadi aplikasi yang mengotomatisasi pengelolaan dokumen dan aset bisnis berbasis AI, sehingga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Kedua solusi ini juga sudah terbukti berjalan baik di atas platform Microsoft Azure.

Menurut Jip Ivan, Microsoft Azure merupakan platform komputasi yang menawarkan fleksibilitas dan skalabilitas dengan layanan yang terus ditingkatkan sesuai tren dan kebutuhan bisnis.

Platform ini mampu mendorong produktivitas dan efisiensi perusahaan dengan mengintegrasikan perangkat yang berjalan di lingkungan hybrid cloudmulticloud, dan plaform edge. Platform ini juga dapat diskalakan sesuai kebutuhan bisnis dan mengedepankan keamanan siber.

“Di era yang hiperkompetitif, perusahaan membutuhkan dukungan teknologi yang komprehensif, fleksibel, dan hemat biaya seperti Microsoft Azure,” ujarnya. “Multipolar Technology siap membantu memastikan perusahaan Anda memperoleh keuntungan dari integrasi MailApp atau EIMS dengan Microsoft Azure AI Service untuk digitalisasi proses bisnis.” ujarnya.

 

MLPT Kembangkan Dua Aplikasi Berbasis AI untuk Tingkatkan Produktivitas dan Efisiensi Perusahaan

Jakarta – Ketatnya persaingan menuntut perusahaan meningkatkan produktivitas sekaligus efisiensi. Perusahaan yang beroperasional dengan pola tradisional, punya kemungkinan lebih besar kalah dalam berkompetisi.

Pola lama juga cenderung lebih lambat dan boros. Maka itu perusahaan didorong untuk mulai mengadopsi solusi teknologi. Proses bisnis menjadi lebih cepat, tapi juga efisien.

Menjawab kebutuhan itu, PT Multipolar Tecnology (MLPT) mengembangkan dua aplikasi, yakni MailApp dan EIMS. Dua aplikasi itu mempunyai fungsi berbeda, tapi saling melengkapi. Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology Jip Ivan Sutanto memaparkan fungsi dan keungguan dua aplikasi itu dalam seminar “Efisiensi dan Produktivitas Tanpa Batas dengan Platform AI” yang digelar di Jakarta bebera hari lalu.

“MailApp adalah aplikasi yang mempermudah pengelolaan dokumen, seperti dokumen masuk, dokumen keluar, disposisi dokumen, dokumen kontrak, dan lainnya, dengan pengarsipan terpusat. Aplikasi mobile ini juga mampu mempercepat proses pelacakan dan pengeditan dokumen dari mana saja dan kapan saja,” jelasnya dikutip dari keterangan resmi.

Aplikasi ini juga mengakomodir penambahan dan perubahan tipe dokumen yang fleksibel, penyematan digital signature dan QR Code, integrasidengan Microsoft Office, email, dan outlook calendar, pengikutsertaan peran pejabat pengganti dan sekretaris, serta pemantauan melalui dashboard dan sistem alert.

Adapun EIMS (Equipment Information Management System), adalah aplikasi pengelolaan aset bisnis perusahaan secara end-to-end. Perusahaan menjadi lebih mudah memantau dan merekam data site hingga ribuan perangkat yang tersebar di ribuan lokasi.

EIMS membantu perusahaan merekam data seperti dokumentasi, alamat, dan titik koordinat site, mengelola administrasi perizinan dan kontrak terkait site, memantau kegiatan pemeliharaan, dan menyiapkan work order serta purchase order ke pihak eksternal.

“EIMS dapat menampilkan daftar site sekaligus membedakan antara yang sudah beroperasi dengan yang masih dikaji, merekam spesifikasi dan nilai aset, termasuk data warranty-nya menyediakan berbagai laporan seperti data insiden, permintaan perbaikan, menyediakan pencatatan anggaran, dan lain sebagainya,” jelas Erlina, Process Automation Solution Services Head Multipolar Technology.

Kedua aplikasi otomasi pengelolaan dokumen dan aset bisnis itu menggunakan teknologi berbasis AI, sehingga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Kedua solusi ini juga berjalan baik di atas platform Microsoft Azure, platform komputasi yang menawarkan fleksibilitas dan skalabilitas dengan layanan yang terus ditingkatkan sesuai tren dan kebutuhan bisnis.

“Di era yang hiperkompetitif, perusahaan membutuhkan dukungan teknologi yang komprehensif, fleksibel, dan hemat biaya seperti Microsoft Azure. Multipolar Technology siap membantu memastikan perusahaan Anda memperoleh keuntungan dari integrasi MailApp atau EIMS dengan Microsoft Azure AI Service untuk digitalisasi proses bisnis,” tutup Jip. (*) Ari Astriawan

Multipolar Technology Dorong Percepatan Proses Bisnis Melalui Digitalisasi

Warta Ekonomi, Jakarta – Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini, perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan produktivitas sekaligus efisiensi secara bersamaan. Perusahaan-perusahaan yang masih menganut pola tradisional dalam proses operasionalnya pasti sangat mudah tersingkirkan.

Coba bayangkan, apa jadinya jika penandatanganan dokumen kontrak bisnis, persetujuan pembelian barang, disposisi, atau pencarian satu dokumen penting harus menunggu direktur atau manajer sampai di kantor terlebih dahulu? Juga, akan seperti apa apabila penyiapan work order untuk maintenance aset bisnis ke pihak eksternal terlewatkan hanya karena lupa dari jadwal yang seharusnya?

Agar tidak terus-terusan terjebak pada pola lama yang cenderung lambat dan boros, ada baiknya perusahaan mempertimbangkan untuk menggunakan dua aplikasi yang dikembangkan oleh PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), yaitu MailApp dan EIMS.

Jip Ivan Sutanto, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, dalam seminar “Efisiensi dan Produktivitas Tanpa Batas dengan Platform AI” yang diadakan di Ayana Midplaza, Jakarta, Rabu (12/3), mengatakan bahwa dua solusi itu memiliki fungsi yang berbeda tetapi saling melengkapi.

“MailApp adalah aplikasi yang mempermudah pengelolaan dokumen, seperti dokumen masuk, dokumen keluar, disposisi dokumen, dokumen kontrak, dan lainnya, dengan pengarsipan terpusat. Aplikasi mobile ini juga mampu mempercepat proses pelacakan dan pengeditan dokumen dari mana saja dan kapan saja,” katanya.

MailApp memungkinkan penambahan dan perubahan tipe dokumen yang fleksibel; penyematan digital signature dan QR Code untuk kebutuhan autentikasi; diintegrasikan dengan Microsoft Office, email, dan outlook calendar; pengikutsertaan peran pejabat pengganti dan sekretaris; pemantauan melalui dashboard dan sistem alert.

Sementara EIMS, singkatan dari Equipment Information Management System, merupakan aplikasi pengelolaan aset bisnis perusahaan yang bersifat end-to-end. Aplikasi mobile ini membantu perusahaan memantau dan merekam data site hingga ribuan perangkat yang tersebar di ribuan lokasi.

Erlina, Process Automation Solution Services Head Multipolar Technology, menjelaskan, EIMS membantu perusahaan merekam data seperti dokumentasi, alamat, dan titik koordinat site; mengelola administrasi perizinan dan kontrak terkait site; memantau kegiatan pemeliharaan; dan menyiapkan work order dan purchase order ke pihak eksternal.

https://foto.wartaekonomi.co.id/files/arsip_foto_2025_03_22/multipolar_technology_052304_big.webp

“EIMS dapat menampilkan daftar site sekaligus membedakan antara yang sudah beroperasi dengan yang masih dikaji; merekam spesifikasi dan nilai aset, termasuk data warranty-nya; menyediakan berbagai laporan seperti data insiden, permintaan perbaikan; menyediakan pencatatan anggaran; dan lain sebagainya,” terangnya.

Intinya, MailApp dan EIMS sama-sama menjadi aplikasi yang mengotomatisasi pengelolaan dokumen dan aset bisnis berbasis AI, sehingga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Kedua solusi ini juga sudah terbukti berjalan baik di atas platform Microsoft Azure.

Menurut Jip Ivan, Microsoft Azure merupakan platform komputasi yang menawarkan fleksibilitas dan skalabilitas dengan layanan yang terus ditingkatkan sesuai tren dan kebutuhan bisnis. Platform ini mampu mendorong produktivitas dan efisiensi perusahaan dengan mengintegrasikan perangkat yang berjalan di lingkungan hybrid cloud, multicloud, dan plaform edge. Platform ini juga dapat diskalakan sesuai kebutuhan bisnis dan mengedepankan keamanan siber.

“Di era yang hiperkompetitif, perusahaan membutuhkan dukungan teknologi yang komprehensif, fleksibel, dan hemat biaya seperti Microsoft Azure,” ujarnya. “Multipolar Technology siap membantu memastikan perusahaan Anda memperoleh keuntungan dari integrasi MailApp atau EIMS dengan Microsoft Azure AI Service untuk digitalisasi proses bisnis.”